Kamis, 22 September 2016

Ke mana kita melihat

Boleh memandang ke atas sesekali.
Klo dah pegel liat ke bawah lagi.
Pemandangan di bawah yang mengangkat kita ke atas.
*
Beberapa hari lalu, aku melihat seorang pemulung duduk di bawah pohon. Di dekatnya sekarung botol-plastik bekas. Kelihatan sekali ia menikmati makannya. Menunduk, fokus dan melahap dengan suapan penuh. Tanda lapar menghinggap.  Ia sendirian, tak tampak kawan. Agak jauh darinya barulah terdapat orang-orang dengan berbagai kesibukannya.

Rasa syukur terpancar dari tindakannya. Aku jadi haru. Pasrahnya, syukurnya...menghujam egoku. Ia tak perlu gengsi menikmati makannya di trotoar bukan di sebuah restoran.  Ia tak perlu malu menghabiskan hajatnya dengan sebungkus nasi tanpa peralatan mewah.

Iya...untuk apa malu bila tak berbuat salah?
untuk apa gengsi kalau itu memang hidup jujurnya?

Untuk pemandangan di atas, kita bisa dapatkan banyak sudut pandang.
Dan aku, memandangnya dari syukurnya. Menikmati kesederhanaan tanpa mengeluh.
*
Apa aja yang ada di sekitar kita adalah ilmu. Terkadang menjadi salah satu alasan kita berbuat sesuatu.
Mari kita berkeliling dan dapatkan sesuatu, nikmat Allah Swt yang tak berhingga.

Nyatanya, menghitung kekurangan itu tidak ada habisnya.
Saat mengeluh dengan makanan yang tidak komplet, di luar sana atau bahkan belahan bumi lain bersyukur masih bisa makan. Bisa jadi karena tidak ada atau sedang sakit.
Mengeluh karena tidak jalan-jalan, ternyata masih ada yang sekedar berjalan aja susah.

Pokoknya bersyukur saja. Apa ya tega melihat orang susah, sementara kita selalu senang-senang. Pamer lagi.
Apa ya ketelen, makanan yang kita makan?

Catatannya adalah mau kita kaya atau kurang, letaknya pada rasa syukur. Berkelimpahan harta, tak lantas menjadikan kita puas. Orang yang bersyukur, nikmatnya akan bertambah-tambah.

"Hidup adalah soal melihat. Kemana arah pandangan kita, ke situlah kecenderungan perasaan kita."



Rabu, 21 September 2016

Menghadapi suasana hati anak

Berbicara dengan anak itu memerlukan seni.
Namanya anak, kadangkala berubah-ubah sikapnya. Kadang nurut, kadang membantah.
Kadang usil, kadang kalem.

(Padahal orang tua juga kadang berubah-ubah he he).

Seni berbicara dengan anak saat jengkel atau marah adalah senyum, mendengarkan, berusaha mengerti kondisi yang sedang dirasakan. menghadap padanya, menatap matanya. Pasti deh mudah buatnya mendengarkan.

Tanyakan  atau bicarakan tentang perasaannya baru masuk ke solusi.
Karena saat anak tegangan tinggi dan langsung kita sambut dengan nasihat ga mungkin masuk.
Ibaratnya selang yang sedang mengalirkan air, kita paksa masukin air, tak akan bisa.
Jadi ya didengarkan saja dulu segala uneg-unegnya.
Enak banget kalau anak mudah bercerita, bisa mengerti dia sedang marah atau kesal.
Yang repot itu kalau tidak tahu apa yang sedang dirasa seperti anak keduaku. Suka kesulitan mendeskripsikannya. Jadi kalau sedang kesal/marah jadi langsung tegangan tinggi. Tapi anak ini jenis pemikir dan pengamat.
Nah, menghadapinya butuh kesabaran ekstra. Betul-betul harus kita yang pandai memancing, dan lagi sulit sekali dipancing ke luar. Yang ada manyun, diam seribu bahasa, atau teriak-teriak marah.
Maka diamkan saja, anggap ngga da apa-apa. Bikin acara atau kegiatan supaya luluh sendiri.

Minggu, 18 September 2016

Embrio harus tumbuh

Saat aku diam, suara tegas,  dan sedikit senyum itu artinya syaraf otakku sedang tegang.
Pikiranku sedang mengembara ke berbagai lorong waktu. Menyingkap memori.
Aku bukannya duduk diam, aku sedang menyuapi bocah sambil menulis. Sementara saat loading, aku mengaitkan hook merangkai yarn menjadi sesuatu yang lebih berbentuk.

Apa yang hendak kubicarakan?
Cita-cita dan sifat.

Cita-cita adalah mimpi yang hendak diwujudkan.
Baru kemarin anak-anakku yang sudah duduk di klas 2 dan 4 SD mengungkapkan lagi. Dan masih sama.
Cita-cita anak pertama adalah desainer. Anak gadisku ini menyukai sesuatu yang atraktif.
Senang diperhatikan diam-diam. Menyukai sesuatu yang aneh-aneh, yang berbeda, yang tidak sederhana. Dan egois tapi tangguh. Ia setipe denganku.

Anak kedua, menyukai hal-hal yang berbau penelitian, suka sekali buku tentang binatang terutama dinosaurus. Penampilannya simpel, tidak suka dikritik akan pilihannya. Cerdas (bernalar) tetapi cengeng. Mudah rapuh. Suka menggambar hewan-hewan yang ditontonnya. Menikmati film-film yang ditonton hingga kadang hafal dialognya.
Banyak bertanya dan sudah memikirkan 'how to' yang bikin aku kuwalahan.
Dan dia ini lebih berempati. Ada sifat ayah padanya. Selera kualitas dan penampilan nomer satu.
Cita-citanya adalah peneliti dinosaurus dan bikin robot yang bisa dialog bisa berubah semacam transformer.

Anak ketiga ini, pemerhati. Ia pandai mencuri hatiku. Ia tahu cara mempermainkan perasaanku. Secara fisik maupun tingkah ia mengundang gemes. Dan idenya buanyak. Masih kecil, 4 tahun. Hehehe.

Dan aku berfikir, seharusnya gambaran cita-cita itu terpampang jelas di layar otak. Sehingga kalaupun tak tahu jalan, selalu berupaya ke sana. It's a destination
Itu akan membawa semangat pengejaran yang tak pernah berhenti.

Dan inilah yang merongrong diriku selama ini. Aku seperti kehilangan kerangka, seperti tidak ada lagi yang harus dikejar. Pengejaranku seperti sudah selesai sehingga perasaan stagnan, pikiran tidak tertata mengusir seluruh bahagia.

Karenanya aku terbangun dari tidur panjang. Menumbuhkan kembali embrio yang ngendon berlama-lama. Merawatnya supaya lahir dengan sempurna. Perlu waktu, konsistensi, dan fojus. So, semestinyalah cita-cita dibangkitkan kembali dan dikejar.
Sudah semestinya sifat-sifat yang dimiliki berpengaruh pada cita-cita yang diangankan.

Itu akan mempertajam passion.

Note: no excuse and focus

Kamis, 15 September 2016

Ke luar dari cangkang

Sempat nonton acara Dedy Corbuzier, "Hitam Putih", tentang difabilitas yang ditayangkan pada 15 September 2016. Acara ini mengundang tamu Surya Sahetapy, anak ketiga Dewi Yull-Ray Sahetapy.

Selain itu bintang tamu yang lain adalah Triono, penyandang difabel yang menciptakan aplikasi ojek online bertujuan untuk melayani difabel-difabel yang lain.Namun sementara ini kawasan cakupannya baru sekitaran jogja, rencana ke depan ekspansi ke kota-kota lain terutama yang ada tempat wisatanya. Idenya menarik, berawal dari terpaksa karena butuh.
Ia butuh bekerja, ia butuh kendaraan spesifik, dan ia butuh mobilitas.

Kemudian ia melakukan aksi, memodifikasi motor supaya bisa digunakan oleh difabel yang bertugas sebagai driver. Adapun motor modifikasi ini spesifik untuk masing-masing drivernya. Disesuaikan dengan kebutuhannya.

Sementara, Surya adalah satu dari sekian contoh penyandang difabel yang yang masih belia, yang berhasil memberi kita orang yang secara fisik sempurna tertohok karena dengan keterbatasan fisik ia mampu melakukan hal-hal hebat.
Semasa TK, ia menjalani 5 tahun. Tiga tahun di TK umum, 2 tahun berikutnya sekolah luar biasa untuk terapi bicara.

Ia mampu mendengar bila suara tersebut mempunyai amplitudo sebesar 100 db. Sebesar siara bising mesin bor. Sementara percakapan normal manusia hanya sekitar 60 db. Surya menggunakan alat bantu dengar namun alat yang ditaruh di telinganya itu hanya bertindak sebagai pengeras suara saja. Maka ia merasa lebih nyaman menggunakan bahasa isyarat. Sementara bila berbicara dia merasa berat, berfikir keras dan harus memperhatikan gerak bibir lawan bicara untuk mudah memahami.
Saat nonton film kecenderungan nonton film dari luar negri yang menyediakan subtitle, sementara semisal nonton acara TV indonesia, ia tidak bisa memahami karena tidak mengerti yang dibicarakan.

Seorang Surya adalah pemuda yang patut dibanggakan. Prestasinya hampir bisa menyamai orang sempurna secara fisik. Dia menjadi pemain sepak bola terbaik penyandang difabel dan menjadi wakil pertukaran pelajar ke Amrik dalam acara mempelajari perkembangan difabel di negri tersebut.

Dari dua contoh di atas, kita bisa mendapatkan pelajaran bahwa mereka itu adalah orang-orang yang pandai bersyukur. Mereka bisa mengenal dan memahami diri mereka apa adanya. Mengupayakan kualitas lebih dari keterbatasan fisiknya.

Sejatinya seseorang bisa ke luar dari keterbatasan karena mampu mengeluarkan jiwa dan pikiran dari bungkus. Mereka sanggup berpikir dan bertindak melampaui cangkang keterbatasan. Itulah kekuatan pikir dan jiwa.

Maka, sebaiknya...
Jangan membenci keterbatasan tetapi pikirkanlah bagaimana caranya supaya kita bisa melakukan lebih banyak dan lebih baik.
Bagaimana kita tetap bisa memenuhi kebutuhan dan keinginan dengan keterbatasan yang kita miliki.
Keterbatasan di sini bisa meluas maknanya tidak semata keterbatasan fisik. Bisa saja keterbatasan materi, keterbatasan koneksi, keterbatasan fasilitas, dan sebagainya. Bisa apa saja.
Mengupayakan cara berpikir kita ke luar dari cangkang.
Kenali, adaptasi, dan akrabi.

Menurut saya, saat kita menerima diri apa adanya, kita akan mengenal siapa sebenarnya kita. Dengan demikian kita akan mampu memenuhi apa yang menjadi kebutuhan dan keinginan kita.

Menerima diri apa adanya adalah bentuk dari bersyukur. Bersyukur akan membuka pintu rezeki, permasalahan mudah diselesaikan, hati lebih tenang, dan pikiran lebih jernih.

Jangan menyerah oleh keterbatasan. Pasti ada jalan. Mungkin pepatah ini bisa jadi pedoman, "Tak ada rotan, akarpun jadi."

And if we could do more, so why not?

Senin, 12 September 2016

Anak percaya diri



Anak yang percaya bahwa dirinya mampu maka ia akan punya eagerness,
dan punya perasaan tertantang dalam mengerjakan sesuatu.
Ia punya kesabaran untuk menyelesaikan tugas.
Ya kesabaran dimiliki oleh seorang anak yang yakin pada kemampuan dirinya.

Kepercayan orang tua atau orang dewasa di sekitarnya memberi perasaan nyaman dan aman karena mereka happy.
So., they are enjoying the days in life.

Bila enjoy, maka they will have believe in theirself. And do the duty gladly.
Ke depannya, mereka berkarya dengan dedikasi.
Mereka mampu berkreasi sesuai passionnya.

Maka beri perhatian saat anak berbicara dengan kita.
Beri perhatian akan kebutuhan afeksinya.
Beri kasih sayang yang cukup agar kelak dewasa mereka mampu mengasihi keluarganya.

Perhatian kita adalah penghargaan untuknya. Kepercayaan dirinya.
Ia tumbuh bersama orang dewasa yang membesarkannya.
Maka wajib bagi kita memberinya ruang untuk berekspresi, untuk membangun jati diri.
Dan wajib pula bersabar menghadapi tingkah polah mereka.

Dengarkanlah sebelum kita banyak berbicara.
Dengarkanlah apa maunya
Dengarkanlah apa yang dirasa

Dengan mendengar, kita akan mengenalnya lebih baik.
Kita akan bisa mengarahkannya ke kehidupan positif.

Anak-anak sudah diberi naluri tumbuh, orang tua hanyalah berperan sebagai fasilitator  memberi kesempatan seluas-luasnya, membukakan pintu pengetahuan, menunjukkan  jalan-jalan kehidupan, dan memimpin mereka untuk meniti jalan.
Membukakan pintu-pintu dunia dan pintu-pintu akherat.





Sabtu, 10 September 2016

Teguran

Aku ditegur dan langsung merasa tidak nyaman, merasa ' I am negative'
Yang menegur mukanya keruh.

Sebenarnya mungkin tidak sekeruh yang kita sangka.
Tangkapan indrawi kita diolah bersama dengan memori yang sudah melekat di dalam otak sehingga menghasilkan respon cepat semacam di atas.

Teguran itu menyentuh alam egosentris seseorang.
Teguran itu menunjukkan ada yang harus diperbaiki.
Teguran itu adalah bagian dari proses pengamatan.
Pengamatan itu adalah proses pembelajaran dan proses penyerapan ilmu.

Tujuan teguran adalah supaya keadaan bisa dikendalikan.
Tetap di bawah kontrol.
Supaya keadaan bisa dibuat menjadi lebih baik
dan kesalahan tidak terulang kembali.
Kesalahan itu ibarat kran bocor,
maka akan selalu mengurangi isi bejana air.

Kran bocor harus diperbaiki agar bejana berisi penuh bahkan melimpah.
Supaya limpahan ini bisa dialirkan dengan mudah ke tempat lain yang lebih rendah.

Jadi, biasakan menegur diri sendiri
Agar terbiasa peka dengan kesalahan diri
Agar mudah menerima teguran orang lain
dengan lapang dada

Karena hidup adalah memberi dan menerima
maka teguran adalah memberi kebaikan di satu pihak
dan menerima perbaikan di pihak lain.

Seperti tranfer uang dalam dunia perbankan agar cash flow-nya balance. Artinya mencapai kondisi ideal.

Berangus ingin


Ketika memberangus ingin,
Rasa tak terperikan.
Kelu saat ingin berteriak
Terpaku saat ingin berlari.

Aku ingin bergelora seperti ombak lautan.
Aku ingin menggulung seperti topan ganas.
Aku ingin menggelegar seperti petir yang menakutkan

Rasa yang ada di dalam.
Berlonjakan tak mau diam.
Seperti didihan magma
siap meledak
Menyemburkan prahara yang tak tertahan

Ketika itulah aku harus diam dan tenang
memejamkan mata
mendengarkan saja gejolak jiwa
Memaksa geming seperti adanya

Membiarkan mereka mengalir
menganak sungai,
menyusutkan ruang tampung dalam kondisi wajar
meluruhlah
jiwa yang bergejolak
taatilah
wahai jiwa yang bergelora

Jumat, 09 September 2016

Susu

Badan terasa pegal padahal baru saja bangun tidur. Jam beker masih menunjukkan pukul 3. Aku sudah biasa bangun pagi seperti ini, untuk mengerjakan tugas. Sepi membuat konsentrasiku penuh.
Aku menggerakkan anggota badan, melemaskannya untuk menghalau rasa pegal yang menjalari  otot-otot.
"Enaknya minum apa ya pagi-pagi?" gumamku
"Oh, barangkali bikin susu hangat lebih enak." gumamku lagi.
Aku melangkah ke dapur, meraih kaleng susu dari rak penyimpanan. Kemudoan menuangkannya ke dalam gelas, secukupnya. Terakhir aku menuang air hangat. Kuaduk susu dengan air supaya tercampur rata menjadi sebuah larutan berwarna putih.
"Kring...kring...." Ponselku berbunyi.
"Siapa yang menelponku di pagi buta ini?" pikirku heran.
Aku beranjak meninggalkan larutan susu yabg belum sempurna aku aduk menuju kamar tidur tempat ponsel aku simpan.
Aku meraih ponsel. Nomer asing.
"Pagi-pagi..siapa dia?perlukah kuangkat?" pikirku heran dan ragu.
Kalau ragu tingggalkanlah, begitu yang aku tahu.
"Kalau ragu pastikan dulu supaya jelas. Barulah kau tinggalkan."bisik hatiku.
"Ok." kata hatiku yang lain.
Aku menggeser tanda call merah ke hijau. Artinya menjawab panggilan.
"Hallo..." dengan hati-hati aku menjawab nomer asing ini.
Beberapa saat tidak ada suara. Aku hendak menutup telp. Tiba-tiba...
"Susu merah itu milikku...jangan diminum..." Aku sangat terkejut. Tanganku gemeteran dan rasa takut menyelusup ke dalam hati. Suara di ujung telpon itu berat, datar, dan dalam. Membuatku makin takut. Aku reflek menjatuhkan ponsel ke ranjang dan berlari ke dapur. Aku nyaris terjatuh tersandung kaki kursi. Aku berpegangan sandaran, badanku bergetar. Dengan susah payah aku berusaha duduk.
"Suara itu...menakutkan...siapa?...pagi-pagi?"gumamku terbata-bata.
Keringat dingin mengucuri tubuhku padahal  pagi itu dingin.
Aku teringat omongannya "jangan diminum!"
"Apa maksudnya?siapa dia?" bulu kudukku berdiri mengingat suara tak dikenal.
"Aah, paling juga temanku, ngerjain." aku berusaha menenangkan diri dengan berfikir positif. "biar saja." aku benar-benar berusaha menghalau kejadian tadi meski sulit.
Aku berdiri hendak mengambil segelas susu di meja pantry. Membawanya ke meja makan. Tangan kiri menyalakan TV sementara tangan kananku sibuk mengaduk. Aku mengambil sesendok untuk mencicipinya. Kebiasaanku, menjilat susu yang masih melekat di sendok.
Laalu meletakkannya di atas meja.
Aku mengangkat gelas susu untuk meminumnya.
Sudah smapai mulut baru aku sadar apa yang aku lihat di susu itu.
Segera kujauhkan susu dari mulutku. Meletakkan gelas ke atas meja dengan buru-buru hingga tumpah berceceran. Spontan aku meludahkan susu yang sudah sempat kuhirup. Mendorong kursi yang kududuki hingga aku ludahanku jatuh di lantai.
"Uugh...aah."
Aku meraih tisu, mengelap mulutku. Dan ternganga melihat kejadian di depanku.
"Aawww...!"aku berteriak karena terkejut. Mendorong asal kursi yang kududuki hingga terjengkang. Dan menjauh dari tempat itu. Berlari ke kamar. Mengunci pintunya. Dan berlindung di balik selimut. Aku menggigil. Aku ketakutan. Bibirku bergetar hebat. Dan keringat dingin semakin deras dan tak bisa berkata-kata.
Susu yang hendak aku minum itu pelahan tapi pasti berubah warna menjadi pink kemudian merah..darah..
.

to be continued
#kismis

Rabu, 07 September 2016

Ruang hampa itu bernama rindu

Suatu hari aku menyusuri lorong waktu. Di depanku adalah masa depan dan di belakangku  adalah masa lalu. Saat aku berbalik kudapati kehidupan masa kecil yang penuh bintang. Hingga tak tertampung.
.
Entah dipancing oleh apa, kenangan itu kadangkala ke luar. Penjelajahan yang selalu menyenangkan. Bermain di luar rumah dengan bebas, naik bukit, penasaran sampai ke puncak, mencari batu-batu yang berbentuk unik atau ikut bertani keluarga pakdhe, petik bunga turi, makan buah kelapa muda yang muda, meminum airnya yang manis segar. Membasahi kerongkongan yang kering akibat panas matahari. Nikmatnya masih terasa di kerongkonganku hingga kini.
Main di sungai mencari ikan,  cithul dan kutuk. Main di kebun yang jauh dari rumah-rumah penduduk, kejar-kejaran di tanah kosongnya, bikin rumah-rumahan. Tidak kenal takut akan ketemu ular, tidak takut jatuh atau luka. Masa itu adalah masa mengikuti naluri.

Orang tua  (entah ortu yang mana yang memulai, yang jelas mereka jadi kompak), mungkin kesal kami main ga tahu waktu sampai-sampai tersebar isu, ada penculikan anak, katanya itu isu benar. Jaman itu, akalku belum sampai buat apa anak-anak diculik. Dijawabnya buat campuran bikin jembatan. Dan saat burung itu bunyi (entah bentuknya seperti apa, tinggal di mana, dan seperti apa rupanya) "culik...culik..." Pokoknya kedengaran seperti itu. Langsung anak-anak berlarian tunggang langgang dengan nafas memburu. Tersengal-sengal dan ketakutan. Rasa takut itu berasal dari hembusan khawatir orang tua.

Main ke tetangga, membuat sumur-sumur kecil dari tebing sedimen yang banyak meneteskan air. Kasih makan kambing atau sapi.
Naik pohon melinjo buat ngambil buah dan daun mudanya atau sekedar bersembunyi saat main petak umpet. Bermain hujan-hujanan, mandi di pancuran talang air dan bermain lumpur.

Bermain pentil kelapa, di kasih lidi dan diikat karet gelang. dan diputar seperti gasing hingga karetnya mengkerut. Setelah itu diangkat dan pentil kelapa karet akan memutar otomatis mengendur menegang hingga terbentuk seperti bandul yang bergerak sangat cepat, dan terjadi fatamorgana.

Bermain kasti dari bola yang dianyam dari daun kelapa, membuat boneka dari daun singkong, bikin jam tangan dari daun pisang, masak-masakan dari pucuk daun jati yang dirdimamas dengan air hingga berwarna merah. Memunguti buah jati, memukulnya hingga pecah dan memakan bijinya yg seperti biji wijen. Renyah seperti kacang.
.
Itu hanyalah sebagian kecil saja, dari kehidupan kanak-kanak yang sangat menyenangkan. Bebaaaas...Lepaaas...tanpa beban.
Kehidupan kampung yang damai dan menyenangkan.
Namun, perasaan damai, bebas itu beranjak menghilang seiring tumbuh remaja. Kehidupan bebas tak lagi terpenuhi. Alasannya sederhana, tidak ada lagi teman bermain. Katanya sudah bukan anak kecil lagi. Jadi kehidupan bebas di luar rumah tergantikan dengan kegiatan yang kalem-kalem. Baca buku, kegiatan sekolah, bantu-bantu orang tua.
Dibandingkan di dalam rumah, bermain di luar itu lebih asyik, lebih menantang, dan lebih banyak pengalaman. Berinteraksi dengan teman, mengenal keluarga mereka  seperti menjadi keluarga besar.
.
Ada hal yang dulu sangat aku sukai, mengamati pekerjaan tukang kayu. Menggergaji, menghaluskan kayu dengan pasah, hingga menyambungnya menjadi bentuk yang bermanfaat. Sampai suatu ketika aku ingin dan mengungkapkan cita-cita menjadi tukang kayu. Dan sukses ditertawakan.
.
Saat ini aku berdiri di antara masa lalu dan masa depan. Berdiri dalam ruang hampa yang luas.
Ruang hampa yang bernama rindu....
Rindu bebas lepas seperti masa kecil dahulu.
*
Hanya episode mengenang. Bahwa ruang bermain adalah ruang bebas berimajinasi, ruang daya khayal, ruang untuk mengeksplorasi diri dan lingkungan. Ruang inilah yang akan terbawa sampai dewasa.

Layaknya bibit-bibit yang ditebarkan, kenangan-kenangan saat kecil akan dituai saat dewasa.

Maka sebisa mungkin  orang dewasa memberi kesempatan kepada anak-anak untuk menuntaskan masa bermainnya. Memberi kesempatan mereka bahagia
*
Kenangan masa kecil itu bagaikan buku cerita. Saat kita membacanya, kita serasa masuk kembali ke dalamnya, mengikuti perjalanannya, menghibur karena mengupas bahagia-bahagia masa lalu.
Kita seperti mempunyai energi baru untuk menghadapi hidup sebagai orang dewasa.

"Childrenhood is a wonderful story book."

Selasa, 06 September 2016

Fasilitas hanyalah alat

Yang namanya fasilitas itu adalah alat atau segala sesuatu yang mempermudah aktivitas hidup kita.
Menjadi jalan memenuhi kebutuhan atau keinginan.
Karena bersifat memudahkan maka kadangkala kita sangat tergantung dengan keberadaannya. Sehingga kadangkala pula merasa kesulitan atau bahkan tidak bisa melakukan apabila tidak tersedia fasilitas pendukung tersebut.
Fasilitas menjadi penting karena diharapkan hidup menjadi lebih efektif, berkualitas , dan dinamis.
.
Memaknai ketergantungan...
Bagaikan candu. Dengannya kita bersemangat untuk bergerak, tanpanya kita helpless.
Di jaman serba modern ini kadang kita tidak merasa bahwa mudahnya fasilitas membuat kita kehilangan sesuatu. Sesuatu yang dulu kita miliki di saat fasilitas belum sekomplet sekarang.
*
Saya hanya sedang berfikir, kemudahan fasilitas kadangkala merenggut sabar, kebersamaan, dan perjuangan. Relatif kecilnya tingkat kesulitan cenderung membuat diri malas melalui hal-hal sulit yang dilakukan tanpa fasilitas. Contoh sederhana, malas jalan kaki karena ada motor meski jarak tempuh sangatlah dekat, malas  menulis tangan karena ada komputer, malas mengobrol face to face karena bisa chatting dengan Hp.
Ah, betul2 contoh yg diada-adakan.

Masih ingat jaman dahulu, merasakan rasanya menanti surat yang datang hanya sekedar mendapat begitu banyak berita yang dirangkum hanya dalam selembar atau beberapa lembar surat.

Sebenarnya tidak masalah karena memang itu fungsi fasilitas. Catatannya adalah jangan sampai ketergantungan fasilitas membuat kita malas melakukan  sedikit perjuangan , seandainya fasilitas itu sedang mogok.

Atau berdalih "Ada yang mudah kenapa cari yang sulit?" sehingga menunda pekerjaan/tugas.
Benar!Saya juga akan bicara begitu

Kesulitan-kesulitan itu Allah berikan kepada kita dengan sengaja. Bahkan semenjak kita ke luar dari rahim ibu, sama berjuangnya untuk bisa mencapai mulut rahim.

Di dalam kesulitan, manusia menjadi belajar, berfikir, dan menemukan cara untuk bertindak. Di situlah manusia menemukan banyak ilmu baru, pemahaman lebih dalam.
Kesulitan adalah sarana terbaik menempa mental supaya tangguh dan terus berjuang  hingga mendapatkan sukses.
Dan setelah satu kesuksesan yang diperoleh, ada kesuksesan-kesuksesana lain yang masih menanti.
So, keep fight and don't quit.
*
Dalam hal pendidikan anak terutama yang tinggal di daerah perkotaan, yang notabene minim area aktivitas fisik, dengan semakin lengkapnya fasilitas, ada baiknya adakalanya didik anak-anak kita melalui kesulitan-kesulitan tanpa fasilitas untuk memahamkan mereka bahwa hidup itu butuh berjuang. Butuh lelah, butuh capai, butuh tenaga ekstra.

Biarkan anak lebih pandai dengan fasilitas lengkap dan biarkan anak pandai dengan minimnya fasilitas.
Bisa jadi salah satu penyebab galau pemuda masa kini adalah terlena pada kemudahan fasilitas sehingga mereka tidak tahu cara berjuang, tidak tahu cara mengalahkan kelemahan diri sendiri.
*
Sama seperti seorang bayi, kupu-kupu yang hendak meloloskan diri dari kepompongpun mengalami kesulitan karena sayap dan tubuhnya masih lemah. Lalu apakah ia menyerah? Tidak, ia berusaha sekuat tenaga untuk bisa ke luar kemudian hinggap sejenak menunggu sayapnya kuat barulah terbang bebas menikmati  indahnya hidup.

Senin, 05 September 2016

Do a small thing

Napoleon Hill said "If you can't do great things, do a small things in a great way"

Siapa Napoleon Hill?
Sekilas infonya Napoleon Hill itu adalah penulis, motivator, pengacara, juga dosen.
Banyak berkutat pada pengembangan diri dan motivasi. Lahir pada tahun 1883 dan meninggal pada tahun 1970.
Hikmahnya adalah harus ada yang bisa kita pelajari dari seseorang. Terlebih  kepada orang-orang yang mempunyai banyak kemampuan atau talenta.
Dan Napoleon Hill hanyalah salah satu saja.
.
.
Bagaikan mau mendirikan bangunan, bangunan itulah rencana besarnya, menyusun bata satu persatu itulah langkah-langkah kecilnya.
Kita tahu tujuan besar yang hendak dicapai maka harus mencari jalan menuju ke sana. Dan langkahkan kaki kita melalui jalan itu dengan yakin.
Kalau jalan itu masih asing, tetap melangkah mencari jalan yang benar.
"Setiap jalan salah yang kita lalui adalah petunjuk menuju yang benar." Begitu menurutku.

Lalu apa tujuan besarmu?
Tentukan dan segera mengambil langkah-langkah kecil.
Segera bergegas, jangan sampai terlindas.
Anggap hari masih pagi, udara masih segar, tenaga masih besar.

Memiliki rencana besar bisa dimulai dengan tindakan kecil...kecil sekali tidak masalah. Yang penting terus-menerus, tidak lelah, tidak berhenti.
Dan terus fokus.
Kalau perlu pajang tujuan besar di tempat yang selalu kita lihat, supaya terekam mata, masuk ke otak bawah sadar. Dan akan menyetir langkah kita.
Yang lebih penting lagi adalah selesaikan susunan batu bata hingga bangunan berbentuk sesuai gambar yang direncakan.
Ada rencana, lakukan segera.
.
Saya akhiri catatan saya di atas dengan quote: "Suatu kalimat bisa kita baca karena disusun oleh huruf-huruf yang kita kenali dan kalimat itu bisa bermakna karena kita mampu memahami."

Sekian.


Jumat, 02 September 2016

Hang out

Berkumpul bareng teman-teman (hang out) menurutku perlu selama itu berdampak baik pada perkembangan diri. Berkumpul, mengobrol, tertawa bersama kadangkala melepaskan rasa jenuh atau sepi dalam diri.

Jadikan momen hang out ini sebagai  momen take and give. Tempat bertukar pikiran. Tempat saling membantu satu sama lain.
Ada banyak hal atau masalah yang bisa lepas begitu saja ketika kita sudah berkumpul dengan teman meski tidak bercerita pada siapapun.
Namun, saat berkumpul itulah, saat muncul kegembiraan maka masalah dengan sendirinya akan terurai. Beban psikologis boleh jadi berkurang bahkan lenyap.

Jadikan hang out sebagai momen efektif menumbuhkan semangat kembali.
Namun bukan ketergantungan. Kita mesti tetap mandiri. Peran teman-teman hanyalah membantu. Dan kesedihan atau kegembiraan adalah tanggung jawab kita sendiri.
Karena kita mampu bertanggung jawab atas diri sendiri maka jadikan hang out adalah momen refreshing. Dan dapatkan sesuatu yang positif.

Sebaiknyapun hang out bukan ajang pamer-pamer atau ghibah (membicarakan orang lain) kecuali dalam rangka mencari penyelesaian.
Karena kadangkala lupa kalau sudah asyik bersama teman ngobrol, obrolan mengarah ke si A..si B..dan seterusnya.

Berwibawa dengan tidak mudah membicarakan orang lain.


Kamis, 01 September 2016

my coffee

A cup of hot coffee

Pagi-pagi aku ingin ngemil wafer keju ditemani secangkir kopi panas. Kemudian duduk dan membaca. Rasanya momen paling nikmat. Betul-betul me time. Bersyukur karena anak sudah bisa asyik sendiri, aku bisa membuat me time lebih banyak. Sebelumnya minum kopi sambil lalu.

Dahulu, kopi itu bukan teman setia buatku.
Dia hanya sesekali saja aku butuhkan.  Saat harus mengerjakan tugas dan tidak ada mood.
Justru setelah menikah dan punya anak, ia menjadi sahabat setia.
Aku butuh kopi supaya tetap terjaga.

Punya anak untuk pertama kali, adalah perubahan sangat besar. Butuh banyak penyesuaian. Yang sebelumnya hanya mengurus diri sendiri, sekarang mesti mengurus orang lain juga dari A-Z. Sendirian. Meski sebelumnya sudah membaca artikel-artikel tentang pengurusan anakAh rasanya mudah. Nyatanya, hiks sulitnya. Sulitnya itu bukan pada pengerjaannya. Akan tetapi pada pemeliharaan mood.

Rasa bosan bisa saja muncul bila setiap hari monoton (moody). Maka, harus membuat variasi kegiatan. Mengubah jadwal, libur masak, jalan-jalan di hari kerja (sekedar berkeliling kompleks), membiarkan sesekali rumah berantakan....
Hehehe..bener ini mah..give permission to disorder. Sesekali mah boleh, hanya untuk menurunkan ketegangan syaraf.

Kopi...
Menyeduh kopi berampas dengan air panas, aromanya menguar, sungguh menggoda. Sangat sedap dan lebih berasa mantab. Menghirup baunya, membiarkan baunya merasuk ke dalammempengaruhi syaraf dan siap bekerja. 

Kopi...
Ia adalah produk pertanian yang akan selalu dicari. Terkenal seantero penjuru dunia. Baik dari jenis biasa hingga kelas premium. Sayangnya, aku belum berkesempatan membedakan jenis-jenis kopi.

Now,
Aku menghargainya sebagai seorang teman yang setia. Kesetiaannya aku batasi maksimal dua cangkir saja. Kuhargai kebaikannya sebagai mood booster. Dan aku berselera karenanya.

And then I love it because there are some story on my coffee....
No days without a cup of hot coffee

Kucing

Hanya terdengar dengung kipas angin yang menempel di tembok, detak jantung jam dinding, bunyi kemeruyuk di dalam perutku, dan tarikan napask...