Rabu, 21 September 2016

Menghadapi suasana hati anak

Berbicara dengan anak itu memerlukan seni.
Namanya anak, kadangkala berubah-ubah sikapnya. Kadang nurut, kadang membantah.
Kadang usil, kadang kalem.

(Padahal orang tua juga kadang berubah-ubah he he).

Seni berbicara dengan anak saat jengkel atau marah adalah senyum, mendengarkan, berusaha mengerti kondisi yang sedang dirasakan. menghadap padanya, menatap matanya. Pasti deh mudah buatnya mendengarkan.

Tanyakan  atau bicarakan tentang perasaannya baru masuk ke solusi.
Karena saat anak tegangan tinggi dan langsung kita sambut dengan nasihat ga mungkin masuk.
Ibaratnya selang yang sedang mengalirkan air, kita paksa masukin air, tak akan bisa.
Jadi ya didengarkan saja dulu segala uneg-unegnya.
Enak banget kalau anak mudah bercerita, bisa mengerti dia sedang marah atau kesal.
Yang repot itu kalau tidak tahu apa yang sedang dirasa seperti anak keduaku. Suka kesulitan mendeskripsikannya. Jadi kalau sedang kesal/marah jadi langsung tegangan tinggi. Tapi anak ini jenis pemikir dan pengamat.
Nah, menghadapinya butuh kesabaran ekstra. Betul-betul harus kita yang pandai memancing, dan lagi sulit sekali dipancing ke luar. Yang ada manyun, diam seribu bahasa, atau teriak-teriak marah.
Maka diamkan saja, anggap ngga da apa-apa. Bikin acara atau kegiatan supaya luluh sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kucing

Hanya terdengar dengung kipas angin yang menempel di tembok, detak jantung jam dinding, bunyi kemeruyuk di dalam perutku, dan tarikan napask...