Jumat, 09 September 2016

Susu

Badan terasa pegal padahal baru saja bangun tidur. Jam beker masih menunjukkan pukul 3. Aku sudah biasa bangun pagi seperti ini, untuk mengerjakan tugas. Sepi membuat konsentrasiku penuh.
Aku menggerakkan anggota badan, melemaskannya untuk menghalau rasa pegal yang menjalari  otot-otot.
"Enaknya minum apa ya pagi-pagi?" gumamku
"Oh, barangkali bikin susu hangat lebih enak." gumamku lagi.
Aku melangkah ke dapur, meraih kaleng susu dari rak penyimpanan. Kemudoan menuangkannya ke dalam gelas, secukupnya. Terakhir aku menuang air hangat. Kuaduk susu dengan air supaya tercampur rata menjadi sebuah larutan berwarna putih.
"Kring...kring...." Ponselku berbunyi.
"Siapa yang menelponku di pagi buta ini?" pikirku heran.
Aku beranjak meninggalkan larutan susu yabg belum sempurna aku aduk menuju kamar tidur tempat ponsel aku simpan.
Aku meraih ponsel. Nomer asing.
"Pagi-pagi..siapa dia?perlukah kuangkat?" pikirku heran dan ragu.
Kalau ragu tingggalkanlah, begitu yang aku tahu.
"Kalau ragu pastikan dulu supaya jelas. Barulah kau tinggalkan."bisik hatiku.
"Ok." kata hatiku yang lain.
Aku menggeser tanda call merah ke hijau. Artinya menjawab panggilan.
"Hallo..." dengan hati-hati aku menjawab nomer asing ini.
Beberapa saat tidak ada suara. Aku hendak menutup telp. Tiba-tiba...
"Susu merah itu milikku...jangan diminum..." Aku sangat terkejut. Tanganku gemeteran dan rasa takut menyelusup ke dalam hati. Suara di ujung telpon itu berat, datar, dan dalam. Membuatku makin takut. Aku reflek menjatuhkan ponsel ke ranjang dan berlari ke dapur. Aku nyaris terjatuh tersandung kaki kursi. Aku berpegangan sandaran, badanku bergetar. Dengan susah payah aku berusaha duduk.
"Suara itu...menakutkan...siapa?...pagi-pagi?"gumamku terbata-bata.
Keringat dingin mengucuri tubuhku padahal  pagi itu dingin.
Aku teringat omongannya "jangan diminum!"
"Apa maksudnya?siapa dia?" bulu kudukku berdiri mengingat suara tak dikenal.
"Aah, paling juga temanku, ngerjain." aku berusaha menenangkan diri dengan berfikir positif. "biar saja." aku benar-benar berusaha menghalau kejadian tadi meski sulit.
Aku berdiri hendak mengambil segelas susu di meja pantry. Membawanya ke meja makan. Tangan kiri menyalakan TV sementara tangan kananku sibuk mengaduk. Aku mengambil sesendok untuk mencicipinya. Kebiasaanku, menjilat susu yang masih melekat di sendok.
Laalu meletakkannya di atas meja.
Aku mengangkat gelas susu untuk meminumnya.
Sudah smapai mulut baru aku sadar apa yang aku lihat di susu itu.
Segera kujauhkan susu dari mulutku. Meletakkan gelas ke atas meja dengan buru-buru hingga tumpah berceceran. Spontan aku meludahkan susu yang sudah sempat kuhirup. Mendorong kursi yang kududuki hingga aku ludahanku jatuh di lantai.
"Uugh...aah."
Aku meraih tisu, mengelap mulutku. Dan ternganga melihat kejadian di depanku.
"Aawww...!"aku berteriak karena terkejut. Mendorong asal kursi yang kududuki hingga terjengkang. Dan menjauh dari tempat itu. Berlari ke kamar. Mengunci pintunya. Dan berlindung di balik selimut. Aku menggigil. Aku ketakutan. Bibirku bergetar hebat. Dan keringat dingin semakin deras dan tak bisa berkata-kata.
Susu yang hendak aku minum itu pelahan tapi pasti berubah warna menjadi pink kemudian merah..darah..
.

to be continued
#kismis

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kucing

Hanya terdengar dengung kipas angin yang menempel di tembok, detak jantung jam dinding, bunyi kemeruyuk di dalam perutku, dan tarikan napask...