Rabu, 07 September 2016

Ruang hampa itu bernama rindu

Suatu hari aku menyusuri lorong waktu. Di depanku adalah masa depan dan di belakangku  adalah masa lalu. Saat aku berbalik kudapati kehidupan masa kecil yang penuh bintang. Hingga tak tertampung.
.
Entah dipancing oleh apa, kenangan itu kadangkala ke luar. Penjelajahan yang selalu menyenangkan. Bermain di luar rumah dengan bebas, naik bukit, penasaran sampai ke puncak, mencari batu-batu yang berbentuk unik atau ikut bertani keluarga pakdhe, petik bunga turi, makan buah kelapa muda yang muda, meminum airnya yang manis segar. Membasahi kerongkongan yang kering akibat panas matahari. Nikmatnya masih terasa di kerongkonganku hingga kini.
Main di sungai mencari ikan,  cithul dan kutuk. Main di kebun yang jauh dari rumah-rumah penduduk, kejar-kejaran di tanah kosongnya, bikin rumah-rumahan. Tidak kenal takut akan ketemu ular, tidak takut jatuh atau luka. Masa itu adalah masa mengikuti naluri.

Orang tua  (entah ortu yang mana yang memulai, yang jelas mereka jadi kompak), mungkin kesal kami main ga tahu waktu sampai-sampai tersebar isu, ada penculikan anak, katanya itu isu benar. Jaman itu, akalku belum sampai buat apa anak-anak diculik. Dijawabnya buat campuran bikin jembatan. Dan saat burung itu bunyi (entah bentuknya seperti apa, tinggal di mana, dan seperti apa rupanya) "culik...culik..." Pokoknya kedengaran seperti itu. Langsung anak-anak berlarian tunggang langgang dengan nafas memburu. Tersengal-sengal dan ketakutan. Rasa takut itu berasal dari hembusan khawatir orang tua.

Main ke tetangga, membuat sumur-sumur kecil dari tebing sedimen yang banyak meneteskan air. Kasih makan kambing atau sapi.
Naik pohon melinjo buat ngambil buah dan daun mudanya atau sekedar bersembunyi saat main petak umpet. Bermain hujan-hujanan, mandi di pancuran talang air dan bermain lumpur.

Bermain pentil kelapa, di kasih lidi dan diikat karet gelang. dan diputar seperti gasing hingga karetnya mengkerut. Setelah itu diangkat dan pentil kelapa karet akan memutar otomatis mengendur menegang hingga terbentuk seperti bandul yang bergerak sangat cepat, dan terjadi fatamorgana.

Bermain kasti dari bola yang dianyam dari daun kelapa, membuat boneka dari daun singkong, bikin jam tangan dari daun pisang, masak-masakan dari pucuk daun jati yang dirdimamas dengan air hingga berwarna merah. Memunguti buah jati, memukulnya hingga pecah dan memakan bijinya yg seperti biji wijen. Renyah seperti kacang.
.
Itu hanyalah sebagian kecil saja, dari kehidupan kanak-kanak yang sangat menyenangkan. Bebaaaas...Lepaaas...tanpa beban.
Kehidupan kampung yang damai dan menyenangkan.
Namun, perasaan damai, bebas itu beranjak menghilang seiring tumbuh remaja. Kehidupan bebas tak lagi terpenuhi. Alasannya sederhana, tidak ada lagi teman bermain. Katanya sudah bukan anak kecil lagi. Jadi kehidupan bebas di luar rumah tergantikan dengan kegiatan yang kalem-kalem. Baca buku, kegiatan sekolah, bantu-bantu orang tua.
Dibandingkan di dalam rumah, bermain di luar itu lebih asyik, lebih menantang, dan lebih banyak pengalaman. Berinteraksi dengan teman, mengenal keluarga mereka  seperti menjadi keluarga besar.
.
Ada hal yang dulu sangat aku sukai, mengamati pekerjaan tukang kayu. Menggergaji, menghaluskan kayu dengan pasah, hingga menyambungnya menjadi bentuk yang bermanfaat. Sampai suatu ketika aku ingin dan mengungkapkan cita-cita menjadi tukang kayu. Dan sukses ditertawakan.
.
Saat ini aku berdiri di antara masa lalu dan masa depan. Berdiri dalam ruang hampa yang luas.
Ruang hampa yang bernama rindu....
Rindu bebas lepas seperti masa kecil dahulu.
*
Hanya episode mengenang. Bahwa ruang bermain adalah ruang bebas berimajinasi, ruang daya khayal, ruang untuk mengeksplorasi diri dan lingkungan. Ruang inilah yang akan terbawa sampai dewasa.

Layaknya bibit-bibit yang ditebarkan, kenangan-kenangan saat kecil akan dituai saat dewasa.

Maka sebisa mungkin  orang dewasa memberi kesempatan kepada anak-anak untuk menuntaskan masa bermainnya. Memberi kesempatan mereka bahagia
*
Kenangan masa kecil itu bagaikan buku cerita. Saat kita membacanya, kita serasa masuk kembali ke dalamnya, mengikuti perjalanannya, menghibur karena mengupas bahagia-bahagia masa lalu.
Kita seperti mempunyai energi baru untuk menghadapi hidup sebagai orang dewasa.

"Childrenhood is a wonderful story book."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kucing

Hanya terdengar dengung kipas angin yang menempel di tembok, detak jantung jam dinding, bunyi kemeruyuk di dalam perutku, dan tarikan napask...