Minggu, 04 Februari 2018

Meminum kopi

Aku selalu minum kopi setiap hari. Hampir tidak pernah tidak. Dan aku usahakan maksimal dua cangkir saja sehari.
.
Akhir-akhir ini segelas kopi instan dengan susu atau krim tak lagi banyak berpengaruh padaku.

Aku bangun pukul satu ketika suami membuka pintu kamar anak dan tiba-tiba bertanya, "siapa yang buka pintu?"
Ia harus mengulangi beberapa kali agar aku mendengar dengan jelas. Maklum, kesadaranku masih setengah. Aku bangun dan berpindah tempat, menemaninya. Karena aku tahu dalam kondisi itu, ia takut tidur sendiri. Haha ....

Aku terbiasa tidur berpindah-pindah tempat antara kamarku dan kamar anakku. Hampir setiap malam aku menemani si bontot tidur. Ia akan berteriak memanggilku saat dini hari menyadari aku tak ada di sampingnya. Padahal ia tidur sekamar dengan kakaknya.

Setelah ia lelap, aku pindah menemani suami yang dihinggapi mimpi (haha), aku berpindah lagi ke kamar anakku karena si bontot memanggil. "Haus!" Katanya.
Aku pergi ke dapur mengambil air untuknya. Namun ketika kulihat jam sudah jam empat, aku urungkan niat untuk tidur lagi. Padahal badan ini masih cape dan cuaca dingin, sangat mendukung untuk tidur lelap beberapa setengah jam lagi. Kutunggu jam hingga pukul setengah lima hingga akhirnya aku bangkit dan melangkah ke dapur, menjerang air dan kutinggal shalat subuh. Pukul 6 semua makanan sudah siap. Tinggal siap-siap mengantar ke sekolah.

Udara masih dingin, ditemani satu dua gerimis. Aku langsung pulang ke rumah dan sudah berencana membuat kopi panas yang lezat.

Setelah itu aku duduk di atas kursi menghadapi buku bacaan, buku tulis, ballpoin, dan kopi. Namun, setelah beberapa teguk, kepalaku sudah terkulai di atas meja. Tertidur.

Aku bangun ketika anakku berteriak minta makan. Aku kesal karena terlelap. Lepas dari kontrolku hingga aku lelap beberapa detik. Karenanya segera kubuka google dan kucari tema : ' cara tepat membuat kopi'.

Hhh ... akhirnya kudapatkan apa yang aku cari.
Seorang pemilik kedai bernama Sugiono yang tinggal di daerah Temanggung bilang kalau komposisi kopi yang tepat untuk bisa merasakan 'taste'-nya adalah satu sendok kopi diseduh dengan sepuluh sendok air panas (PR, berapa ml kira-kira tuh?), tanpa gula. Kalau mau ya dicampurnya susu bukan gula. Cara minum terbaik adalah diseruput (ah, kalau ini mah caraku juga).

Maksudnya bisa merasakan 'taste, adalah kopi itu mempunyai ciri khas masing-masing berdasar tempat tumbuhnya.  Karena lingkungan tumbuhnya sangat berpengaruh pada kadar kafein dan rasa. Makanya ada istilah kopi lampung, kopi Aceh, kopi Gayo, kopi Temanggung dan sebagainya. Para penikmat kopi akan tahu bedanya. Tidak sepertiku yang tidak mampu membedakannya.

Aku hanya peneguk kopi biasa.

Sebenarnya aku tahu bahwa kopi item lebih bermanfaat ketimbang plus gula, plus krim/susu. Tapi ... aku wanita manis yang suka manis-manis hehehehe. "Sssst!! Jangan bilang-bilang! Tidak promosi haha ...."

Nah, saat browsing, aku juga mendapatkan informasi bahwa  tiap daerah mempunyai cara sendiri dalam meminum dan membuat kopi lezat versi mereka. Misalnya, di Eropa tengah (Italia, Spanyol, Jerman) lebih suka kopi pekat seperti espresso (tahu kan? Yang tanpa tambahan air dan gula, pekaat banget pokoknya) sementara di Eropa timur suka yang cair ataupun sedang.

Untukku sendiri, aku suka kopi instan yang praktis dan mudah bikinnya. Sementara suami suka kopi item dengan gula sedang. Dahulu selalu kuberi kopi susu saat ia minta karena kupikir lebih soft kadar kafeinnya, akhirnya ia tahu, perutnya hanya cocok dengan kopi item. Sip deh kalau begitu. Murah haha.

Dan aku masih memilih-milih merk kopi instan yang nyaman di perutku. Karenanya aku tidak menetapkan satu jenis merk kopi instan sebagai favoritku. Kadang aku memilih kopi tanpa ampas dengan campuran krim/ gula/ susu. Kadang kopi bubuk dengan gula saja.

Kini, setelah beberapa menit berlalu, kupikir aku butuh kopi item dengan susu di pagi hari. Dengan komposisi 1 : 10.
Agar ia membantuku berpikir strong.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kucing

Hanya terdengar dengung kipas angin yang menempel di tembok, detak jantung jam dinding, bunyi kemeruyuk di dalam perutku, dan tarikan napask...