Sabtu, 10 Februari 2018

Kisah Cipenjo 2

Bulu kudukku berdiri kala mendengar berita itu. Dua jam sebelumnya aku melewati tempat tersebut.  Terus terang akupun terpaksa bila harus melaluinya. Hanya karena ada keperluan di mesin ATM atau belanja kebutuhan bulanan.

Berita itu cepat tersebar seantero Cipenjo dan membuat geram para bapak dan gundah para ibu. Kekhawatiran menyelimuti perasaan hampir setiap rumah. Bukan hanya penjambretan sebagai pemicunya namun berkembang menjadi isu penculikan anak maupun pencurian. Suasana mencekam selama beberapa hari ke depan.

Para warga kembali meningkatkan kewaspadaannya dengan menghindari jalan-jalan dan jam-jam sepi.

Aku pun demikian. Menghindar dari tempat itu.

Umumnya masyarakat akan meningkatkan kewaspadaannya hingga suatu hari mereka telah merasa aman dan lengah kembali. Di saat itu para penjahat kembali beraksi. Mereka membaca situasi dengan baik. kemudian kekhawatiran demi kekhawatiran itu akan terus mengumpul lalu memuncak dan akhirnya justru menjadi kurang waspada.

Aku mencoba menenangkan diri dengan mengumpulkan semua pertanyaan dan jawaban. Akhirnya kudapatkan bahwa segala bentuk ketakutan, kekhawatiran, dan kecemasan adalah bagian dari ujian hidup. Kalau kita sandarkan itu semua pada Allah, maka hati kita akan tetap tenang. Allah bersama kita. Kewajiban kita adalah tetap waspada.

Dan aku hanya bisa berdoa pada wanita itu setelah kudengar kabar bahwa wanita korban penjambretan itu dipindahkan ke rumah sakit yang lebih komplet peralatannya karena luka di kepalanya menyebabkannya koma. Sungguh tak bisa kubayangkan. Karena peristiwa luka di kepala dan koma ini mengingatkan peristiwa bertahun-tahun lalu. Bapak.

Tak urung air mataku menetes. Rindu dan sedih mengenang masa bersamanya. Semoga Allah senantiasa mengampuninya dan memberi tempat terbaik di sisi-Nya.

***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kucing

Hanya terdengar dengung kipas angin yang menempel di tembok, detak jantung jam dinding, bunyi kemeruyuk di dalam perutku, dan tarikan napask...