Sabtu, 11 Maret 2017

Pujian Sebagai Feedback Diri

Pujian itu melenakan. Apa maksudnya?
Pujian orang lain yang diberikan kepada kita merupakan ekspresi rasa kagum terhadap fisik, sifat, karakter, tindakan, atau hasil karya kita.

Pujian pada kita adalah salah satu bentuk apresiasi terhadap diri kita. Dan itu adalah sesuatu hal yang wajar. Yang tidak wajar itu apabila pujiannya berlebihan. Menyanjung tiada henti.

Pujian berkedudukan seperti mata pisau. Tajam dan mampu menyayat. Mampu membunuh.
Maksudnya adalah bahwa pujian mampu  merobek jantung pertahanan diri. Pujian membawa diri kita lupa. Terbang melayang hingga ke awan tanpa kendali. Merasa diri paling hebat, lebih hebat. Menumbuhkan euforia dan kebanggaan melebihi batas.

Umumnya kena sayatan pisau itu luka. Luka menimbulkan sakit.  Dan kemudian tahankah kita dengan luka itu?

Di sisi lain, pujian menyayat logika. Membelah belantara akal yang mampu memunculkan kesadaran tentang diri sendiri. Menyadari diri kita itu belumlah apa-apa.

Pandanglah ke atas. Lihatlah ada langit di atas kita. Bertumpuk-tumpuk, tinggi sekali. Itulah lapisan ilmu yang dimiliki orang-orang di luar diri kita. Dan di atas itu semua, ada ilmu tertinggi, ilmu Allah 'azza wa jalla.

Jadi letakkan pujian semestinya saja. Supaya kalau kita terbang tinggi tidak jatuh tiba-tiba. Seperti layang-layang putus, terombang-ambing oleh tiupan angin,  tanpa bisa mengendalikan diri. Terhempas, robek, tersangkut di kabel listrik yang tinggi tanpa bisa melepaskan diri.  Rasanya itu pasti sangat sakit sekali.

Persoalannya kemudian adalah menyikapi rasa sakit yang timbul. Dan sudah di bahas di bersahabat dengan luka.

Baiklah, sikap kita kemudian adalah berterima kasih kepada semua orang yang memuji kita. Kembalikan pujian itu kepada yang paling berhak. Allah yang Maha Tinggi dengan mengucap subhanallah.

Jadikan pujian itu feedback, untuk melihat ke dalam diri, mengenal diri. Who am I.
Semakin sering kita melongok ke dalam, semakin kita mengenal diri kita sebagai ciptaan-Nya yang punya banyak kelemahan. Bukan untuk melemahkan diri tetapi untuk bersyukur kemudian mengubah kelemahan itu menjadi kekuatan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kucing

Hanya terdengar dengung kipas angin yang menempel di tembok, detak jantung jam dinding, bunyi kemeruyuk di dalam perutku, dan tarikan napask...