Kenangan : Bapak 1
.
Aku tidak tega melihat ibu menangis terus-menerus. Meski ada kerabat yang menghibur namun pedih di hati tetap saja ada. Kasihan lagi ketika ibu bahkan tidak berani menjenguk bapak di ruang Intensive Care Unit (ICU). Sementara aku masih kuat meski hati sangat sedih. Aku menunggui Bapak, berdoa di sampingnya.
Melihat kondisinya yang lemah, aku semakin pilu. Tidak pernah bapak sakit sampai seperti ini. Paling hanya masuk angin, dikerok dan segera sembuh. Atau hanya batuk dan pilek saja. Sengengetahuanku Bapak kuat, nyaris tak pernah mengeluh dan nyaris tak pernah marah.
.
Kenangan saat aku kecil
Bapak seorang guru sekolah dasar di kampung. Begitu juga ibu. Setiap pagi mereka berdua, sibuk menyiapkan makan, mengurus ternak ayam dan bersiap untuk pergi mengajar.
Sepulang mengajar, melakukan kegiatan lain seperti mengurus kebun, mencari rumput untuk kambing, mengumpulkan kayu bakar untuk memasak, atau memetik kelapa untuk dijual. Yang jelas, Bapak adalah orang yang bisa diandalkan.
Profesi guru pada zaman itu masih bisa dihitung dengan jari maka profesi guru memberi pengaruh , dihormati dan secara personal bapak disegani.
Zaman bapakku dulu, untuk menjadi guru harus menempuh pendidikan Sekolah Pendidikan Guru (SPG) yang ada di kota kabupaten. Jarak dari rumah ke sekolah sekitar 10 km. Ditempuh dengan berjalan kaki. Setiap pagi berangkat sambil memikul kayu bakar untuk dijual. Uangnya digunakan untuk memenuhi kebutuhan sekolah maupun rumah, membantu orang tua. Berdua bersama adik bapak mengenyam pendidikan guru.
Waktu itu sepeda adalah barang mahal. Apalagi kendaraan bermotor dan mobil. Hanya juragan kaya yang mampu membelinya.
Berprofesi sebagai guru dianggap berduit karena ada pendapatan tetap yang diterima tiap awal bulan. Padahal sebenarnya hanya kepastian pendapatan saja tiap bulannya dan tambahan jatah beras pera, jenis IR64. Sebabnya ada saja tetangga yang meminjam tanpa mengembalikan meki batas pinjam yang ia janjikan sudah lewat. Apa bapak mau menagih? Tidak tentu saja. Bapak tidak akan tega karena menganggap meminjam berarti sedang membutuhkan.
.
Kehidupan Bapak Waktu Muda
Bapakku orang yang sangat sederhana. Jiwa pejuangnya diperoleh dari bapaknya, yaitu kakekku. Seorang buruh tambang degan gaji sangat minim untuk mencukupi keluarganya. Kehidupan sederhananya menempa mental tabah dan a,bersyukur, menerima apa adanya. Tidak menuntut macam-macam dan tetap jujur.
Bersambung
Kamis, 16 Maret 2017
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Kucing
Hanya terdengar dengung kipas angin yang menempel di tembok, detak jantung jam dinding, bunyi kemeruyuk di dalam perutku, dan tarikan napask...
-
"Plak ... plak ... plak!" "Aaww ... aawww ...sakiit!" Teriakanku tak mampu menghentikan benda keras yang terus saja ...
-
Biarkan cinta tumbuh secara alami. Tidak perlu direkayasa atau dipaksakan. Kalau dipaksakan namanya intimidasi bukan cinta. Cinta kepada s...
-
I do my best. Frasa ini sungguh membantuku merasa percaya diri untuk menjadi diri sendiri. Mungkin bagi Anda juga begitu. Seperti yang k...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar