Kamis, 16 Maret 2017

Kenangan : Bapak 3

Kenangan Bapak 2
.
Kenangan Tentangnya

Aku ingat sekali waktu sepulang sekolah, aku mengeluh pada bapak karena nilai ulangan al jabar ku sangat jelek. Padahal al jabar itu mudah. Lampu mati berkali-kali saat ulangan harian berlangsung sehingga mataku yang silau tidak bisa melihat soal matematika yang ada di papan tulis. Bapak lalu membawaku ke optik milik guru agamaku. Tidak ada kata atau raut wajah marah sama sekali. Atau kalimat menyalahkan atas kebiasaanku membaca dengan posisi yang tidak benar atau kurang terang.
Ah, rupanya aku minus 1, 25. Pantas saja.

Saat kami duduk menunggu, tanpa sengaja aku melihat lubang di bagian punggung bajunya. Hatiku langsiung trenyuh. Perasaabn tinggi hati tlangsung jatuh berdebam.
"Ya Allah, selama ini aku terlalu menuntut semwntara bapak nyaris tidak mempedulikan keadaan dirinya sendiri."

Aku menyadari, abapak sangat menyayangiku, memprioritaskan kebutuhan keluarganya dibanding kebutuhannya sendiri.

Pernah mendengar bapak bicara, " Yang penting adalah kebutuhan kalian tercukupi."
Aku juga menyadari saat itu keadaan finansial bapak sedang sulit karena sedang berjuang membuat rumah tembok.

Aku juga ingat saat mendaftar ulang, kehilangan sepeda jengki baru yang rencananya akan menjadi alat transportasi ku dan kakakku. Waktu itu, harga sepeda 200 ribu rupiah. Mahal lho. Jadinya, aku pulang berjalan kaki. Jauuh dan cape sekali.

Sepanjang jaan aku menghapus air mata yang tidak henti menetes. Hatiku sangat kesal, kecewa, marah pada diri sendiri, sekaligus takut kena marah. Bagaimana bisa sepeda sudah dikunci bisa hilang.

Nyatanya, saat sampai di rumah, setelah mendapat cerita dari ibu. Bapak hanya bertanya bagaimana itu bisa terjadi. Tidak ada marah atau mengomel. Alu tenang jadinya. Tetepi dampaknya, terpaksalah aku sekolah dengan berjalan kaki, kadang kalau ingin cepat membawa sepeda miniku.

Aku beajar tidak malu dari bapak. Bukan harta yang membuat kita pintar tetapi kemauan dan kerajinan kitalah membuat kita berkualitas.

Aku menyadari bapak dan ibuku bisa menahan diri dari marah kepadaku karena aku paling berbeda dari ketiga saudaraku. Selain bulan lahir yang berbeda sendiri, watakku juga begitu. Aku berkeinginan keras dan sulit ditaklukkan. Marah bukan cara tepat untuk menaklukkanku.

Peristiwa itu memberiku pelajaran hidup,  amarah atau mengomel tidak akan menyelesaikan masalah toh sudah terjadi. Yang terpenting kemudian apa yang harus dilakukan kemudian. Harta itu titipan, dan bisa dicari. Tetapi melukai hati tentu sma dengan menancapkan pedang. Seorang tetangga mencoba mengajak bapak menelusuri keberadaan sepedaku namun, hasilnya nihil.
.

Bapak mempunyai kebiasaan mengaji Al-Qur'an selepas shalat maghrib. Kami kadangkala mengabaikan ajakannya untuk ikut serta. Dan Bapak tetap teguh pendirian pada kebiasaannya itu.. .mudah-mudahan menjadi wasilahnya nanti. Aamiin.
.
Garis mukaku sangat mirip dengan bapak. Ini membuatku sedikit bangga karena mewarisi hidung yang lumayan lancip.
Ketika bertemu orang dewasa lain saat di jalan seringakli mereka bertanya, "Putrinya Pak Zarkasi ya?" Aku hanya mengatakan iya. Darimana mereka tahu? Oh iya tentu saja karena kemiripanku dengannya, dan lagi bapakku seorang guru yang waktu itu masih segelintir saja. Tentu dikenal banyak orang.
.
Karena Bapaklah aku bersikap baik. Saat hendak melenceng pada prinsip agama, aku teringat padanya hingga urung melakukan. Pada intinya mengingat bapak, menjadikanku menjaga sikap dan tingkah lalku.
.
Kini setelah bapak tiada, beberapa kali aku bertemu dengannya di dalam mimpi. Selalu sedang melakukan suatu aktivitas yang dahulu sering dilakukannya. Tawa tanpa suara dan tanpa bicara. Kemudian menghilang begitu saja.

Semenjak hari meninggalnya hingga kini, aku hanya mampu mengenangnya dan menguntai do'a.

Allahu Rabbi...betapa aku baru menyadari bahwa bapaklah yang mengenalku lebih dari diriku sendiri. Dan bapaklah yang mempercayaiku lebih dari rasa percaya diriku.
Allahumaghfirlahu warhamhu wa'afini wa'fu'anhu....
Ya Allah, amouni dosa-dosa bapakku, orang yang tidak kusadari telah menanamkan prinsip dan harkat. Terangilah dan luaskan kuburnya. Berilah teman shalih, dan tempatkan ia di tempat yang layak di sisi-Mu. Aamiin ya Rabbal 'aalamiin.
TA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kucing

Hanya terdengar dengung kipas angin yang menempel di tembok, detak jantung jam dinding, bunyi kemeruyuk di dalam perutku, dan tarikan napask...