Rabu, 01 Maret 2017

Ambil Manfaat di tiap sesi kehidupan kita

Hampir setiap hari saya melalui jalanan komplek yang masih sepi, nyaman, dan teduh. Masih banyak pohon-pohon di sekitar komplek. Menjadikan cuaca Bogor lembab. Jalanan masih rapi karena tergolong baru. Tentu saja berharap jalanan kan terjaga sepereti itu terus selamanya. 

Melewatinya saja membuatku senang. Rasanya bersyukur banget tinggal di Bogor timur yang masih adhem. Perasaan bawaannya juga ikutan adhem. Beda banget sama suasana Jakarta yang terkesan panas baik dari cuaca maupun suasananya.

Saya tinggal di Jalarta selama 6 tahun persis. Dan selama itu aku juga jatuh hati dengan Jakarta. Karwna ada kehidupan apa adanya di sana. Namun suasana sesak dan panas membuat saya juga ingin pindah ke tempat yang lebih nyaman. 

Bukankah tempat kita tinggal mempengaruhi suasana hati kita. Dan suasana aktivitas keseharian kita juga terpengaruhi oleh suasana hati.

Meski harus kita sadari, kehidupan kita tetap dikendalikan oleh akal pikiran kita. Suasana hatipun dipengaruhi oleh cara berpikir kita.

Setelah jalan nyaman komplek, saya melalui jalanan rusak, lubang-lubang cukup dalam dan rapat. Sebagian sudah ditutup dengan batu-batu oleh warga setempatEhm, menurutku mereka itu karang taruna atau sekelompok tukang ojek, karena ada tempat mangkal ojek di dekat situ. Atau entahlah

Jalan rusak itu panjangnya sekitar 500 meter saja. Ini jalanan yang selalu penuh kendaraan. Kalau boleh dibilang macet. Setelah itu saya melalui jalanan narogong untuk bisa sampai ke sekolah tempat anak-anak saya menimba ilmuJalanan narogong merupakan arah Jakarta-Bogor/Bandung. Kebayang kan padatnya seperti apa?
Masih mending kendaraan pribadi. Ini banyak truk-truk besar yang melintasi. 

Saya berkendara roda dua. Membawa tiga anak sekaligus. Kebayang ngga kondisi jananan yang saya lewati di kala hujan deras?

Luar biasa bukan? 
Itulah yang setiap hari saya lakukan. Dan saya menjalaninya dwngan senang hti. Menganggapnya sebagai petualangan yang menghibur. Namun di saat sampai rumah, rasa lelah dan pegal itu timbul.

Semangat seperti menurun. Apa karena di rumah agak santai, fleksibel, kurang dikejar deadline? Apa saya kurang tantangan?

Repotnya lagi, saya jenis yang sering kehilangan selera makan.  Jarang merasa lapar. Tahu-tahu lemas dan pusing. Apa simptoms lapar sudah berubah?

Selama ini saya memaafkan diri sendiri untuk membiarkannya. Yang terpenting keisi makan saat lapar mendera. Setelahnya cukup.

Mengapa? Saya sudah tahu jawabannya. Karena saya sibuk, sibuk memikirkan banyak hal yang berseliweran melalui mata dan pendengaran saya.

Maka saya menuliskannya supaya bisa saya baca setelahnya. Dampaknya apa?
Saya melihat struktur kalimat saya membaik. Alur cerita pun mulai jelas. Paragraf pun mulai bermakna.

So, "Ambil manfaat dari segala hal yang hadir dalam kehidupan kita."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kucing

Hanya terdengar dengung kipas angin yang menempel di tembok, detak jantung jam dinding, bunyi kemeruyuk di dalam perutku, dan tarikan napask...