Kamis, 02 Maret 2017

Memahami Candu

Di perjalanan, saya melihat seorang bapak setengah baya. Wajahnya serius memperhatikan lalu lalang kendaraan. Rupanya ia ingin bergabung dengan arus dengan arah yang berlawanan.

Ada yang agak lucu dari bapak itu yaitu asap putih yang agak tebal keluar dari kedua lubng hidungnya. Saya ko sempet tertawa. Entahlah saya menertawakan apa ya?

Yang jelas pikiran saya segera beralih ke ingatan tentang cerita naga berapi. Gambarannya kurang lebih seperti itu.
.
Hmmm, maaf Pak. Saya sebenarnya ingin berbicara tentang asap itu. Asap rokok.
Bagaimana rasa asap di dalam hidung? Apa tidak panas seperti kita menghirup asap pembakaran? Sampah misalnya.

Apakah ada manfaatnya menghirup asap itu? Apa kandungan asap itu?

Seorang kawan pernah bercerita, ia menghisap rokok karena membantunya berpikir. Jadi ketika belum merokok ia sulit konsentrasi. Kalau sudah seperti ini namanya candu. Harus ada, harus iya.

Dan rupanya pula, merokok bagi sebagian orang menjadi pengalihan. Obat atas sepi yang dirasa. Hehe....

Ehm...candu ini tak hanya merokok lhoh, minum kopi, makanan tertentu, melakukan hal-hal tertentu entah bersifat positif entah bersifat negatif. Bila kita sudah ketergantungan dengannya, seolah tak bisa hidup atau bersemangat karenanya. Itu tanda kita sudah kecanduan. Namun, kabarnya yang namanya candu itu berdampak negatif lho. Ya karena ada kata 'harus'. Kan berabe kalau kita 'harus' sementara secara kondisi tidak mungkin. Gelisah, resah, tidak fokus, dan kawan-kawannya. Jadi kalau masih bisa mengendalikan, tentu bukan candu namanya.

Mengapa kita bisa kecanduan? Karena candu itu menikmati kenikmatan, meberi kesenangan, membius, dan melenakan.

Ada baiknya kita tahu apa itu candu menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (kbbi) berikut ini. Berupa screenshoot ya! Hehe, maafkan!


Kecanduan membuat kita tak bisa lepas darinya. Syaraf kita sudah terpola, terbiasa menikmati candu tersebut. Kendalikan diri kita agar suatu ketika, saat candu itu tak lagi menemani kita atau kita tak lagi boleh menikmati candu, kita tetap waras.

Lalu bagaimana bisa mengatasi candu?
Sulit...tetapi bisa. Asal mau. Putus hubungan secara perlahan dengan objek penyebab candu.  Bertahap dengan mengurangi frekuensi atau konsentrasi. Letakkan candu pada tingkatan wajar. Masih terkendali.

Mau...mau...mau...maka mengalahkan semua yang tidak. Termasuk candu itu.

Kita bisa mengendalikan semua keinginan, perasaan, dan tndakan kita dengan  kendali otak. Maka semua bisa menjadi normal dan wajar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kucing

Hanya terdengar dengung kipas angin yang menempel di tembok, detak jantung jam dinding, bunyi kemeruyuk di dalam perutku, dan tarikan napask...