Kamis, 01 Juni 2017

Bila takut membebani

Ada begitu banyak permasalahan kepribadian yang seringkali tidak kita sadari menghambat langkah kaki kita. Rasanya kaki berbeban, berat.

Kalau seperti itu, habis energi kita bahkan sebelum tujuan itu sendiri terlihat.

Tiba-tiba saja saya membuka lembaran pikir tentang atlet terkait dengan beban. Saat bertanding atau berlatih, mereka menggunakan pakaian minimal, bahkan ada yang sangat melekat tubuh sehingga seolah busana itu menyatu dengan tubuh hingga terlihat seperti tanpa busana. Misalnya atlet renang dan binaragawan. Tujuannya hanya satu, menghilangkan beban yang bisa jadi mengganggu gerak mereka. Maksudnya? Ia dapat bergerak bebas dengan harapan tercapainya goal berupa kemenangan atau memecahkan rekor dan membuat rekor baru.

Kalangan atlet telah menemukan cara mengurangi beban. Lalu kalau bebannya berupa beban mental seperti takut memulai sesuatu?

Menurut saya cara terbaik untuk menghilangkan beban itu adalah dengan 'memaksa' diri kita untuk melakukan/ menghadapi ketakutan itu sendiri. Artinya kita mendekati faktor-faktor penyebab takut itu. Secara logika, ketika kita mulai mengenali faktor-faktor takut maka pelahan namun pasti kita akan terbiasa dengannya.

Terbiasa mengalami takut yang akhirnya tak lagi membuat beban bagi kita. Lagi-lagi saya suka peribahasa ini. 'Tak kenal maka tak sayang". Kita butuh mengenal untuk bisa menyayangi. Mengenal faktor ketakutan dan 'menyayangi' masalah dengan menghadapinya dengan tenang dan percaya diri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kucing

Hanya terdengar dengung kipas angin yang menempel di tembok, detak jantung jam dinding, bunyi kemeruyuk di dalam perutku, dan tarikan napask...