Kamis, 25 Agustus 2016

Nyamuk Pengganggu

Sunyi lhoh dini hari itu. Sangat enak untuk merenung. Meski sebagian besar orang-orang terlelap saat itu, namun banyak juga yang masih atau sudah terjaga. . .
.
Kalau bisa terjaga, aku juga menikmati dini hari yang sunyi, sepi. Membaca dengan tenang atau menulis, kita akan lebih fokus. Namun buatku membaca pada jam-jam segitu memancing rasa kantuk. Apalagi dekat dengan kasur. Makin kuat magnet kantuknya.
Lebih enak dua pekerjaan sekaligus, membaca dan menulis, tepatnya mencatat, menggali pikiran...
.
Lagi asyik membaca dan mencatat, tiba-tiba mataku melihat benda hitam gendut sebesar biji apel, terbang dengan susah. Perutnya menggembung dan memerah... Hhhh...guemess liatnya. Anda pasti juga gemes. "Iyaah, betul...itu nyamuk yang kekenyangan, menyedot darahku dengan puas karena tak sedikitpun terasa."
.
Mengikuti rasa gemesku, aku menepuknya dengan kekuatan penuh padahal dengan sedikit tenagapun nyamuk itu pasti aku dapatkan. Bergerak aja susah apalagi terbang. He he he....

Sisi lain hatiku sebenarnya bilang, "Ini nyamuk betina, butuh makan untuk menghidupi telur-telur  dalam perutnya. Dan aku tanpa ampun menghancurkan tubuhnya hingga benyek bahkan puas jika melihat perutnya yang gendut memuncratkan darah merah segar.
Betina atau wanita (manusia) adalah media penerus keturunan. Ooohh."
"Huhhh, itu penyebar penyakit,"  kata hatiku yang lain, menghapus rasa bersalah.
.
Nyamuk. Ialah serangga pengganggu, jadi momok banyak orang. Beritanyapun tidak pernah baik. Artinya kehadirannya begitu tidak diharapkan. Ia hanya menghantui manusia.
Bunyi  'nguing...nguing..' sayapnya mengganggu pendengaran. Gigitannya membuat gatal. Kehadirannya yang kadang berjumlah banyak, mengganggu pandangan mata. Nyamuk yang dibenci.  Padahal ia hanya 'host' lho. Bibit penyakit dari orang sakit yang terbawa masuk ke dalam tubuh nyamuk bersama darah yang ia hisap akan berkembang biak dan akan ditularkan berbarengan dengan nyamuk itu menggigit orang sehat. Ia menusukkan belalai untuk mencari pembuluh darah kemudian mengalirkan air liurnya sebagai anti koagulan.

Yang jelas keberadaannya menimbulkan respon orang untuk segera melenyapkan kehadirannya. Kalau bisa sih jangan sampai nyamuk pengganggu itu hidup sama sekali.
 "Hhhihh", aku jadi bergidik ngeri. Ini makhluk kecil sekali kalau benyekpun tidak membuatku jijik. Tapi kalau melihat mereka mati terkapar di lantai karena obat semprot, hitam, kecil-kecil, banyak, barulah membuatku merinding. 'Gilo' istilah jawanya.
.
Nyamuk pengganggu. Kasihan tidak sih?Aku tidak tahu...
.
Mudah-mudahan jangan sampailah kita manusia bersikap layaknya nyamuk ini. Kurang ada manfaat dalam kehadirannya. Bahkan mengganggu hidup orang lain. Entah itu hanya 'sekedar menggunjing'.
Jadilah manusia yang selalu diharapkan kehadirannya oleh orang lain, karena hadirnya memberi arti.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kucing

Hanya terdengar dengung kipas angin yang menempel di tembok, detak jantung jam dinding, bunyi kemeruyuk di dalam perutku, dan tarikan napask...