Jumat, 11 November 2016

Mengubah Bintang


Sudah banyak sekali orang yang membicarakan bahwa hidup kita adalah milik kita. Artinya kondisi yang kitamau memilih senang atau susah, mau memilih kaya atau cukup, mau memilih pandai atau bodoh, dan seterusnya adalah hak prerogatif kita. Dan ini merupakan kawasan qadha' dan qadar.

Dari beberapa materi yang saya baca qadha' adalah ketentuan Allah sejak zaman azali, sementara qadar (biasa kita sebut takdir) adalah ukuran qodho'. Mungkin bisa kita pahami dengan qadha' itu seperti rencana dan qadar itu implementasi qadha (yang terjadi).

Nah,  qadha' itu ketetapan atau ketentuan yang sdh tdk bisa diubah lagi oleh manusia, karena itu kehendak Allah  sebagai pencipta sementara qadar itu masih bisa  kita ubah dengan doa dan usaha. Karena kita tidak tahu qadha' kita seperti apa maka boleh saja kita membuat keinginan-keinginan yang akan mewujud sebagai takdir.

Jadi, Allah itu sudah menentukan kita itu seperti apa, menjadi apa, dan bagaimana sementara kita tidak tahu maka kita mencari takdir kita berupa keinginan-keinginan atau cita-cita.

Bila kita menengok ke belakang, melihat kembali  perjalanan, kita sudah melihat takdir-takdir kita itu semisal, kita bersekolah di SD A, SMP B, SMA C, kuliah di universitas D, berjodoh dengan Mr X, dalam kondisi harus bekerja keras membiayai sekolah sendiri, dan seterusnya.

Maka dari itu takdir kita harus kita cari, harus kita upayakan. Yaitu takdir yang baik.
Supaya mendapatkan takdir yang baik, kita harus berjuang sungguh-sungguh  supaya kita bisa masuk ke dalam 'frame hidup' yang telah kita rencanakan. Bila kita mengusahakan takdir sebagai penulis misalnya satu buku aja...eh tahunya Allah takdirkan buku kita tersebut best seller dan kita bisa buat lagi buku yang lebih banyak.

Oleh sebab itu tidak ada lagi waktu untuk menunda, apalagi berleha-leha. Segera bertindak. Segera  ambil 'bintangmu' atau 'ubah bintangmu', susun rencana-rencana untuk mewujudkannya. Patuhi dan jalani dengan yakin, kita bisa mendapatkan 'bintang' yang lebih baik. Sebelum ajal memutus langkah kita.


Lalu tunggu apalagi?
Lalu kapan kalau tidak sekarang?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kucing

Hanya terdengar dengung kipas angin yang menempel di tembok, detak jantung jam dinding, bunyi kemeruyuk di dalam perutku, dan tarikan napask...